Gareth Bale, legenda sepak bola asal Wales, tengah bersiap untuk melakukan langkah besar dalam karier pasca pensiunnya dengan mengajukan tawaran senilai £40 juta atau sekitar Rp800 miliar guna mengakuisisi Cardiff City, klub yang berasal dari kampung halamannya. Langkah ini bukan hanya sekadar investasi bisnis, melainkan juga wujud dari kecintaannya terhadap kota kelahirannya dan ambisi untuk membangkitkan kembali kejayaan klub yang sedang terpuruk di League One, kasta ketiga sepak bola Inggris.
Konsorsium dan Ambisi Besar Bale
Dalam pantauan SBOTOP, Bale tidak bertindak sendiri. Ia memimpin sebuah konsorsium yang memiliki tujuan jelas: mengambil alih kendali Cardiff City dan membawanya kembali ke tingkat tertinggi sepak bola Inggris. Konsorsium ini sebelumnya sempat dikaitkan dengan rencana pengambilalihan klub lain, yakni Plymouth Argyle, namun upaya tersebut gagal direalisasikan.
Keterlibatan Bale dalam konsorsium ini bukan semata peran simbolis. Sebagai sosok yang sangat populer di dunia sepak bola dan juga figur bisnis yang berkembang pesat sejak pensiun, kehadiran Bale membawa dimensi strategis dan emosional dalam rencana akuisisi ini. Ambisinya tidak berhenti pada kepemilikan semata; ia juga ingin memastikan Cardiff kembali bersaing di Premier League, tempat yang menurutnya layak bagi klub tersebut.
Ketertarikan Emosional: Cardiff dan Keluarga Bale
Keterikatan emosional Gareth Bale dengan Cardiff sangat kuat. Ia lahir di ibu kota Wales tersebut pada tahun 1989, dan memiliki kenangan masa kecil yang sangat lekat dengan kota itu. Pamannya, Chris Pike, adalah mantan penyerang Cardiff City pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an, masa di mana Bale kecil menyaksikan langsung perkembangan klub.
Meskipun Bale tidak pernah membela Cardiff sebagai pemain profesional, keterikatan ini menjadi fondasi motivasi pribadinya. Cardiff bukan hanya kota kelahiran baginya, melainkan juga simbol dari akar dan identitas dirinya sebagai orang Wales. Rencana akuisisi ini, dengan demikian, lebih dari sekadar bisnis. Ini adalah bentuk pengabdian terhadap kampung halaman.
Situasi Internal Klub dan Penolakan Awal
Tawaran awal dari konsorsium Bale dilaporkan telah ditolak oleh Vincent Tan, pemilik mayoritas Cardiff City asal Malaysia yang telah mengendalikan klub sejak 2010. Tan telah menginvestasikan lebih dari £200 juta selama kepemilikannya, dan tampaknya belum bersedia melepas klub dengan harga yang dianggap terlalu rendah dibandingkan investasinya.
Selain itu, klub saat ini tengah mengalami masa sulit. Setelah terdegradasi dari Championship ke League One pada akhir musim lalu, Cardiff sedang berusaha membangun kembali skuad dan manajemen. Penunjukan Brian Barry-Murphy sebagai manajer baru adalah bagian dari restrukturisasi menyeluruh menyusul musim penuh pergantian pelatih yang tidak memberikan hasil memuaskan.
Ketertarikan dari Investor Amerika dan Kompleksitas Hukum
Selain Bale, ada juga ketertarikan dari pihak lain terhadap kepemilikan Cardiff City. Sebuah grup ekuitas swasta asal Amerika Serikat dilaporkan tengah melakukan pembicaraan intensif di balik layar. Situasi ini menunjukkan bahwa Cardiff masih memiliki daya tarik tersendiri sebagai aset potensial, meskipun sedang berada di divisi bawah.
Namun, proses pengambilalihan ini tidak semudah mengajukan tawaran uang. Ada aspek hukum yang membuat segalanya menjadi lebih rumit. Pada bulan September mendatang, Cardiff akan menjalani sidang hukum terkait kematian tragis Emiliano Sala, mantan pemain mereka yang tewas dalam kecelakaan pesawat. Klub tengah menuntut ganti rugi besar dari FC Nantes, yang jumlahnya dikabarkan mencapai lebih dari £100 juta. Hasil dari kasus ini berpotensi mengubah secara signifikan valuasi klub.
Inspirasi dari Sukses Wrexham dan Investasi Selebriti
Langkah Gareth Bale mengingatkan pada fenomena baru dalam sepak bola Inggris: masuknya figur publik dan selebritas sebagai pemilik klub. Salah satu contoh paling menonjol adalah Wrexham, klub Wales lainnya, yang kini dimiliki oleh aktor Hollywood Ryan Reynolds dan Rob McElhenney. Investasi dan pengelolaan profesional dari mereka telah membawa kebangkitan luar biasa bagi Wrexham, termasuk promosi dan popularitas global.
Contoh lain datang dari Birmingham City yang mendapat dukungan dari legenda NFL, Tom Brady. Klub ini menunjukkan perbaikan dalam performa dan pengelolaan setelah akuisisi. Sukses serupa dapat menjadi inspirasi bagi Bale dan konsorsiumnya. Dengan reputasi internasional dan jaringan bisnis yang luas, mereka dapat mereplikasi kesuksesan model ini di Cardiff.
Proyek Jangka Panjang dan Potensi Cardiff
Meskipun saat ini berada di divisi ketiga, Cardiff City tetap memiliki basis pendukung yang besar dan setia. Klub ini juga memiliki sejarah yang cukup panjang di sepak bola Inggris, termasuk pernah berkompetisi di Premier League. Potensi inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa Bale melihat Cardiff sebagai proyek jangka panjang yang layak diperjuangkan.
Keinginan Bale bukan hanya membawa klub kembali ke Premier League, melainkan juga menjadikannya sebagai kekuatan yang stabil dan profesional. Transformasi seperti ini memerlukan waktu, kesabaran, dan strategi bisnis yang solid. Konsorsium yang dipimpin oleh Bale dipercaya memiliki sumber daya dan visi untuk mencapainya, jika mereka berhasil mendapatkan persetujuan akuisisi.
Bisnis dan Kehidupan Bale Setelah Pensiun
Sejak pensiun dari sepak bola pada usia 33 tahun, Bale tidak hanya menikmati masa tenangnya, tetapi juga aktif membangun portofolio bisnis. Ia membuka bar olahraga bernama ‘Elevens’ di Cardiff pada 2017 dan kemudian mendirikan tempat hiburan golf indoor bernama Par 59, yang kini telah berkembang hingga ke kota Bristol.
Tak hanya itu, Bale juga melakukan investasi besar di Penderyn Distillery, produsen wiski asal Wales yang semakin dikenal secara internasional. Semua langkah ini menunjukkan bahwa Bale tidak hanya mengandalkan popularitasnya, tetapi juga berpikir jauh tentang kontribusinya terhadap ekonomi dan budaya Wales.
Reaksi dan Skeptisisme Publik
Meski banyak pihak mendukung langkah Bale, tidak semua meresponsnya dengan optimisme. Beberapa petinggi klub dan kelompok pendukung mempertanyakan substansi dari tawaran tersebut, bahkan menyebutnya hanya sebagai aksi pencitraan. Cardiff City Supporters’ Trust, sebuah kelompok suporter yang kritis terhadap manajemen klub, secara terbuka menyatakan bahwa proposal Bale tampak seperti “perjalanan memancing,” bukan tawaran serius.
Penolakan ini menandakan bahwa jalan menuju pengambilalihan klub tidak akan mudah. Cardiff telah lama bergelut dengan perpecahan internal, protes suporter, dan suasana negatif di stadion. Bale dan timnya harus siap menghadapi tantangan besar, bukan hanya secara finansial, tetapi juga dalam hal membangun kembali kepercayaan publik dan menjembatani konflik internal yang sudah mengakar.
Masa Depan Cardiff dan Posisi Bale
Jika berhasil merealisasikan akuisisi ini, Gareth Bale akan memasuki babak baru dalam kariernya: dari pemain bintang menjadi tokoh penggerak transformasi klub. Tidak ada jaminan kesuksesan, namun dengan komitmen dan sumber daya yang cukup, potensi perubahan besar sangat mungkin terjadi.
Cardiff City bisa menjadi contoh sukses lain dari bagaimana sosok publik ternama dapat membawa energi baru dan visibilitas global bagi klub kecil. Bale memiliki peluang besar untuk meninggalkan warisan yang tak hanya bertumpu pada pencapaian di lapangan, tetapi juga pada kontribusinya dalam membangun kembali klub kota kelahirannya.
●●●
Kunjungi halaman blog kami untuk membaca berita SEPAK BOLA dan informasi pasaran taruhan
Selalu menjadi yang terdepan dalam mendapatkan informasi seputar olahraga dan bursa taruhan
